Entri Populer

Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

ULET DALAM PERJUANGAN
SOPAN DALAM KEMENANGAN
SYUKUR DALAM PENGISIAN

LAMBANG

LAMBANG

Senin, 23 April 2012

SHEIKH SITI JENAR

Sheikh Siti Jenar
adalah tokoh kontroversial sekaligus legendaris dalam sejarah Islam di Jawa karena "pembangkangan tasawufnya" dan mitos kesaktian yang dimilikinya.

Saat pemerintahan kerajaan Islam Sultan Bintoro Demak I (1409 M). Kehadiran Syeikh Siti Jenar ternyata menimbulkan kontraversi. Pandangan Syeikh Siti Jenar yang mengganggap alam kehidupan manusia di dunia sebagai kematian, sedangkan setelah menemui ajal disebut sebagai kehidupan sejauh, yang mana dia adalah manusia dan sekaligus Tuhan, sangat menyimpang pendapat walisongo, dalil dan Hadits, Siti Jenar dianggap telah merusak ketentraman dan melanggar peraturan kerajaan, yang menuntun dan membimbing orang secara salah. Oleh karena itu legitimasi dari Sultan Demak, diutuslah beberapa wali ke tempat Siti Jenar di suatu daerah desa Krendhasawa. Untuk membawa Siti Jenar ke Demak atau memenggal kepalanya. Akhirnya Syeikh Siti Jenar wafat (ada yang mengatakan dibunuh, ada yang mengatakan bunuh diri).
Nama lain Siti Jenar antara lain seh lemah abang atau lemah abang,seh sitibang,seh sitibrit atau situ abri, Hasan Ali dan Sidi Jenar. Keberadaan Siti Jenar diantara wali wali berbeda beda. Syeikh Siti Jenar yang mengaku mempunyai sifat sifat dan sebagai dzat Tuhan, dimana sebagai manusia mempunyai 20 sifat dikumpulkan didalam budi lestari yang menjadi wujud mutlak dan disebut dzat, tidak ada asal usul serta tujuannya.
Syeikh Siti Jenar menganggap dirinya inkranasi dari dzat yang luhur, bersemangat sakti dan kebal dari kematian, manunggal denganNya. Segala sesuatu yang terjadi adalah ungkapan dari kehendak Dzat Alloh, maha suci, sholat 5 waktu dengan memuji dan dzikir adalah kehendak pribadi manusia dengan dorongan dari badan halusnya. Wujud lahiriya h Siti Jenar adalah Muhammad, mewakili kerosulan, Muhammad bersifat suci, sama sama merasakan kehidupan, merasakan manfaat pancaindera.
Syeikh Siti Jenar mengetahui segala galanya sebelum terucapkan melebihi makhluk lain (kaweruh sakdurunge minarah) karena itu ia juga mengakui sebagai Tuhan. Siti Jenar yang berpegang pada konsep bahwa manusia adalah jelmaan Dzat Tuhan. Maka ia memandang alam semesta sebagai makrokosmos sama dengan mikrokosmos. Manusia terdiri dari jiwa dan raga yang mana jiwa sebagai penjelmaan dzat Tuhan dan raga adalah bentuk luar dari jiwa dengan dilengkapi pancaindera maupun organ tubuh.
Syeikh Siti Jenar memandang bahwa pengetahuan tentang kebenaran ketuhanan diperoleh manusia bersamaan dengan penyadaran diri manusia itu sendiri. Dalam pandangan Siti Jenar Tuhan adalah dzat yang mendasari dan sebagai sebab adanya manusia, flora, fauna dan segala yang ada, sekaligus menjiwai sebagai sesuatu yang berwujud, yang keberadaan yang tergantung pada adanya dzat itu. Ini dibuktikan dari ucapan Syeikh Siti Jenar bahwa dirinya memiliki sifat sifat Tuhan.
Kaitan ajaran Syeikh Siti Jenar dengan manunggaling kawulo Gusti tidak ada secara eplisit yang menyimpulkan bahwa ajarannya itu adalah Manunggaling kawulo Gusti, yang merupakan asli bagian dari budaya Jawa. Sebab manunggaling kawulo Gusti khususnya dalam konteks religio spiritual. Manunggaling kawulo Gusti adalah tataran yang dapat dicapai tertinggi manusia dalam meningkatkan kualitas dirinya. Tataran ini adalah Insan kamilnya kaum muslimin. Kalau misalnya dengan kekhusu'an manusia semedi malam ini, ia memperoleh pengalaman mistik atau pengalam religius yang disebut manunggaling kawulo Gusti, sama sekali tidak ada dan manfaatnya kalau besok atau lusa lantas menipu atau mencuri atau tindakan tindakan tercela. Kisah Dewa Ruci adalah yang menceritakan kejujuran dan keberanian membela kebenaran yang tanpa kesucian tak mungkin Bima berjumpa Dewa Ruci.
Manunggaling kawulo Gusti bukan ilmu melainkan hanya suatu pengalaman yang sendirinya tidak ada masalah boleh atau tidak boleh, tidak ada ketentuan. Menurut Sunan Giri faham Syeikh Siti Jenar belum boleh diajarkan kepada masyarakat luas, sebab mereka bisa bingung apalagi saat itu masih banyak orang yang masuk Islam. Sebagaimana seperti percakapan Siti Jenar dengan Sunan Giri:
Pedah punapa mbibingung, ngangelaken ulah ngelmi, njeng Sunan ngandiko, Bener kang koyo sireki, nanging luwih kalupatan, wong wadheh ambuka wadi. Telenge bae pinulung, pulunge tampa aling aling, kurang waskitha ing cipta, lunturing ngelmu sejati, sayekti kanthi nugraha, tan saben wong anampani.
Artinya:
Syeikh Siti Jenar berkata: untuk apa kita membuat bingung, untuk apa kita mempersulit ilmu? sunan Giri berkata: bener yang anda ucapkan, tetapi anda bersalah besar, karena berani membuka ilmu rahasia secara tidak semestinya. Hakekat Tuhan langsung di ajarkan tanpa ditutupi, itu tidaklah bijaksana. Semestinya ilmu itu hanya di anugerahkan kepada mereka yang benar benar telah matang. Tak boleh diberikan begitu saja kepada setiap orang.
IMAM AL GHOZALI
(450-505 H)
Nama lengkap al Ghozali adalah Zainudin Hujatul Islam Abu Hamid Muhammad Ibnu Muhammad al Ghozali. Beliau dilahirkan dikota Thos, di khurasan 10 mil dari Nisabur, Persia, pada tahun 450 H. Beliau belajar fiqih pada ulama fiqih Syafi'i yang besar, Immamul Haraini Abul 'Ali al Juwaini (wafat 478 H) di Neseri Nisabur, Persia.
Imam Ghozali juga ikut mengajar pada sekolah tinggi Syafi'iyah an Mizhmiyah di Baghdad tahun 484 H. Imam Ghozali seorang 'alim besar. Majelis pengajiannya diberi nama oleh orang dengan julukan "Majelis 300 sorban besar". Beliau selain ahli fiqih juga ahli tasawuf yang tak ada tandingannya ketika itu. Kitabnya dalam tasawuf ialah kitab: Ihya Ulumuddin yang terkenal dan sekarang dipakai ulama dalam dunia Islam.
Dalam fiqih Syafi'i beliau mengarang kitab kitab al-Wasith, al-Basith dam al-Wajiz yang sampai sekarang terpakai pada sekolah sekolah Syafi'iyyah. Imam Ghozali mengarang kurang lebih 47 buah kitab, dari berbagai ilmu pengetahuan, bukan saja Ilmu Fiqih tetapi juga Ilmu usul fiqih, ilmu tasawuf, ilmu filsafat, Ilmu al-Qur an dan lain lain. Imam kelaspGhozali begitu luas dan dalam Ilmunya, tetapi dalam ilmuny fiqih masih mengikuti Imam Syafi'i. Karangan karangan kitab Imam Ghozali diantaranya:
1. Ihya Ulumuddin
2. Tahafutul Falasifah
3. Al Iqtisad Fil I'tiqad
4. Al Munqidz Minad Dalal
5. Jawahiril Quriin
6. Mizanul 'Amal
7. Al Maqshodul Asna Fi Ma'an Asamil Husnah
8. Faisahlut Thoriqoh Bainal Islam waz Zindiqoh
9. Al Qisthosul Mustaqim
10. Al Mustazhari
11. Hujatul Haq
12. Mufshilul Khilaf
13. Kimiayaus Sa'adah
14. Kitabul Basith
15. Al Wasith
16. Al Wajiz
17. Khulasatul Mukhtasar
18. Yaqutut Ta'wil Fi Tafsir Tanzil (40 jilid)
19. Al Mushtashfa
20. Al Mankhul
21. Al Muntaha Fi Ilmi Jidat
22. Mi'yarul Ulum
23. Al Maqoshid
24. Al Madanun
25. Misykatul Anwar
26. Mahkun Nadhar
27. Tilbisu Iblis
28. Nashihatul Muluk
29. Ad Durarul Fakhiroh
30. Anisul Wahdah
31. Al Qurba Ilalloh
32. Akhlaqul Abroor
33. Bidayatul Hidayah
34. Al Arba'in Fi Usuluddin
35. Az Zari'yah
36. Al Mabaadi Rual Khayaat
37. Talbisu iblis
38. Nashihatul Muluk
39. Syifa'ul 'Alim
40. Iljamut 'Awam
41. Al Intishar
42. Al 'Ulumuddiniyah
43. Ar Risatul Qudsiyah
44. Itsbatun Nadhar
45. Al Ma'khodl
46. Al Qoulul Jamil
47. Al Maali
Imam Ghozali telah meninggalkan nama dan jasa yang sangat berharga bagi umat Islam seluruhnya.
IMAM BUKHORI
Sumber dari segala sumber hukum yang utama atau yang pokok di dalam agama Islam adalah Al Quran dan Hadits. Selain sebagai sumber hukum, Al Quran dan Hadits juga merupakan sumber ilmu pengetahuan yang universal. Isyarat sampai kepada ilmu yang mutakhir telah tercantum didalamnya. Oleh karenanya siapa yang ingin mendalaminya maka tidak akan ada habis habisnya keajaibannya.
Untuk mengetahui Hadits Hadits Nabi maka salah satu dari beberapa penting yang tidak kalah menariknya untuk diketahui profil atau sejarah orang orang yang mengumpulkan Hadits, yang dengan jasa jasa mereka kita yang hidup pada zaman sekarang ini dapat dengan mudah memperoleh sumber hukum secara lengkap dan sistematis serta dapat melaksanakan atau meneladani kehidupan Rosululloh untuk beribadah seperti yang di contohkannya.
Abad ketiga Hijriyah merupakan kurun waktu terbaik untuk menyusun atau menghimpun Hadits Nabi di dunia Islam. Waktu itulah hidup enam penghimpun ternama Hadits Shohihnya yaitu:
Imam Bukhori, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Turmudzi, Imam Nasa'i, Imam Ibnu Majah.
Adapun urutan pertama yang paling terkenal diantara 6 tokoh tersebut diatas adalah Amirul Mu'minin Fil Hadits ( pemimpin orang mukmin dalam Hadits ) suatu gelar ahli Hadits tertinggi. Nama lengkapnya adalah Abu Abdulloh Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al Mughirah bin Bardizbah. Abu Abdulloh Muhammad bin Ismail terkenal kemudian sebagai Imam Bukhori, lahir di Bukhara pada 13 Syawwal 194 H ( 21 Juli 810 M ) cucu seorang Persia bernama Bardizbah. Kakeknya, Bardizbah adalah pemeluk Majusi agama kaumnya. Kemudian putranya al-Maghirah memeluk Islam di bawah bimbingan al-Yaman al-Ja'fi, gubernur Bukhara. Pada masa itu wala dinisbatkan kepadanya, karena itulah ia dikatakan " al-Mughirah al-Ja'fi ".
Mengenai kakeknya, Ibrahim tidak terdapat data yang menjelaskan. Sedangkan ayahnya, Ismail, seorang ulama besar ahli Hadits. Ia belajar Hadits dari Hammad bin Zayd dan Imam Malik. Riwayat hidupnya telah dipasarkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab As-Siqat, begitu kti putranya, Imam Bukhori, membuat biografinya dalam at-Tarikh al-kabir. Ayahnya Bukhori disamping sebagai orang berilmu ia juga sangat wara' (menghindari yang subhat/meragukan dan haram) dan takwa. Di ceritakan bahwa ketika menjelang wafatnya ia berkata: " Dalam harta yang kumiliki sidak terdapat sedikitpun uang yang haram maupun yang subhat". Dengan demikianlah Bukhori hidup dan terlahir dalam lingkungan keluarga yang berilmu. Tidak heran jika ia lahir dan mewarisi sifat sifat dari ayahnya itu.
Imam Bukhori di lahirkan di Bukhara setelah sholat Jum'at. Tak lama setelah bayi yang lahir itu membuka matanya, ia pun kehilangan penglihatannya. Ayahnya sangat bersedih hati. Ibunya yang sholeha menangis dan selalu berdoa ke hadapan Tuhan, memohon agar bayinya bisa melihat. Kemudian dalam tidurnya perempuan itu bermimpi di datangi Nabi Ibrahim yang berkata: "Wahai ibu, Alloh telah menyembuhkan penyakit putramu dan kini ia sudah dapat melihat kembali, semuanya itu berkat do'amu yang tiada henti hentinya". Ayahnya meninggal di waktu Imam Bukhori masih kecil dan meninggalkan banyak harta yang memungkinkan ia hidup dalam pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Dia dirawat dan di didik oleh ibunya dengan tekun dan penuh perhatian.
Keunggulan dan kejeniusan Imam Bukhori sudah nampak semenjak masih kecil. All oh menganugerahkan kepadanya hati yang cerdas, pikiran yang tajam dan daya hafalan yang sangat kuat, teristimewah menghafal Hadits. Ketika berusia 10 tahun ia sudah banyak menghafal Hadits. Pada usia 16 tahun ia bersama ibunya dan abang sulungnya mengunjungi berbagai kota suci. Dalam usia 16 tahun ia sudah hafat kitab Sunan Ibnu Mubarok dan Waki, juga mengetahui pendapat pendapat ahli Ra'yi (penganut faham rasional) dasar dasar dan mahdzabnya.
Tahun 210 H Bukhori berangkat menuju Baitulloh untuk menunaikan ibadah gaji, di sesuai ibu dan saudaranya, Ahmad. Statearan yang lebih tua ini kemudian kembali ke Bukhoro, sedang Bukhori sendiri memilih Makkah sebagai tempat tinggalnya. Makkah merupakan salah satu tempat ilmu yang penting di Hijaz. Sewaktu Bukhori, ia pergi ke Madinah. Dikedua tanah suci itulah ia menulis sebagian karya karyanya dan menyusun dasar dasar kitab Al-Jami' as-Shohih dan pendahuluannya.
Ia menulis Tarikh Kabirnya di dekat makam Nabi Muhammad SAW dan banyak menulis diwaktu malam hari yang terang bulan. Kemudian ia pun memulai studi perjalanan dunia Islam selama 16 tahun. Dalam perjalanan ke Berbagai mengeri hampir semua negeri Islam telah ia kunjungi sampai keseluruh Asia Barat. Diberitakan bahwa ia pernah berkata: "saya telah mengunjungi Syam, Mesir, dan Jazirah masing masing dua kali, ke Basrah empat kali, menetap di Hijaz ( Makkah dan Madinah ) selama 6 tahun.
Dalam setiap perjalanannya yang melelahkan itu Imam Bukhori senantiasa menghimpun Hadit Hadits dan ilmu pengetahuan dan mencatatnya sekaligus. Ia merawi Hadits dari 80000 perawi dan berkat ingatannya yang memang super jenius, ia dapat menghafal Hadits sebanyak itu lengkap dengan sumbernya. Kemasyhuran Bukhori segera mencapai bagian dunia Islam yang jauh dan kemanapun ia pergi selalu di elu elukan. Pada tahun 250 H, Imam Bukhori mengunjungi Naisabur. Kedatangan disambut gembira oleh para penduduk juga gurunya, al-Zihli dan para ulama lainnya.
Imam Bukhori wafat pada malam Idul Fithri tahun 255 H (31 Agustus 870 M) dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Sebelum meninggal dunia, ia berpesan bahwa jika meninggal nanti jenazahnya agar di kafani 3 helai kain, tanpa baju dalam dan tak memakai sorban. Peran itu di laksanakan dengan baik oleh masyarakat setempat. Jenazahnya di kebumikan lepas Dhuhur, hari Saya Idul Fithri, sesudah melewati perjalanan hidup panjang yang penuh dengan berbagai amal yang mulia. Semoga Alloh melimpahkan Rahmad dan Ridhonya.
Pengembaraannya ke berbagai negeri telah mempertemukan dengan guru guru berbobot dan dapat dipercaya yang mencapai jumlah sangat banyak. Diantara guru guru besar itu adalah : Ali Ibnu al-Madini, Ahmad Ibnu Hanbal, Yahya Ibnu Ma'in, Muhammad Ibnu Yusuf al-Faryabi, Maki Ibnu Ibrahim al-Bakhi, Muhammad Ibnu Yusuf al-Baykandi dan Ibnu Rahawaih.
Guru guru yang Haditsnya diriwayatkan dalam kitab shohihnya sebanyak 289 orang guru.
Karena kemasyhurannya sebagai seorang alim yang jenius sangat banyak muridnya yang belajar dan mendengar langsung Haditsnya dari dia. Diantara sekian banyak muridnya yang paling menonjol adalah: Muslim bin al-Hajjaj, Turmudzi, Nasa'i, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Abu Dawud, Muhammad bin Yusuf al-Firabri, Ibrahim bin Ma'qii al-Nasafi dan Mansur bin Muhammad al-Bazdawi.
Imam Bukhori adalah seorang yang berbadan kurus, berpawakan sedang tidak terlalu tinggi juga tidak pendek, kulitnya agak kecoklatan dan sedikit sekali makan. Ia sangat pemalu namun ramah, dermawan, menjauhi kesenangan dunia dan cinta akherat. Imam Bukhori sangat hati hati dan sopan dalam berbicara dan dalam mencari kebenaran yang hakiki disaat mengkritik para parawi. Meskipun ia sangat sopan dalam mengkritik para perawi, namun ia banyak meninggalkan Hadits yang diriwayatkan seseorang hanya karena orang itu diragukan. Selain dikenal sebagai ahli Hadits Imam Bukhori juga sebenarnya adalah ahli dalam fiqih. Dia mempunyai pendapat pendapat yang digalinya sendiri. Pendapat pendapat itu terkadang sejalan dengan madzhab Abu Hanifah terkadang sesuai dengan madzhab Syafi'i dan kadang kadang berbeda dengan keduanya. Jadi kesimpulan Imam Bukhori adalah seorang ahli Hadits dan ahli fiqih yang berijtihad sendiri.
Diantara hasil karya Imam Bukhori adalah:
Al Jami' as-Shohih
Al Adab al-Mufrod
At-Tarikh as-Shoghir
At-Tarikh al-Awsat
At-Tarikh al-Kabir
Al-Musnad al-Kabir
Kitab al-'Ilal
Raf'ul Yadain Fis Salah
Birrul Walidain
Kitab al-Asyribah
Al-Qiro'ah Khalf al-Imam
Kitab ad-Du'afa
Asami as-Sahabah
Kitab al-Kuna
IMAM MUSLIM

Imam Muslim, penghimpun dan penyusun Hadits terbaik kedua setelah Imam Bukhori. Nama lengkapnya Imam Muslim adalah: Imam Abul Husain al Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi. Ia dilahirkan di Naisabur pada tahun 206 H. Ia belajar Hadits sejak masih dalam usia dini yaitu mulai tahun 218 H. Ia pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir, dan negara negara lainnya. Ia berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih di kota Khurasan. Di Ray ia berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu 'Ansan. Di Irak ia berguru kepada Ahmad bin Hambal dan Abdulloh bin Muslamah, di Mesir ia berguru kepada 'Amr bin Sawad dam Harmalah bin Yahya. Muslim berkali kali mengunjungi Baghdat untuk belajar kepada ulamat ahli Hadits dan kunjungannya yang berakhir pada tahun 299 H, di waktu Imam Bukhori datang ke Naisabur, Muslim sering datang kepadanya untuk berguru.

Imam Muslim wafat pada hari Minggu sore dan dikebumikan di kampung Nasr Abad, salah satu daerah di luar Naisabur, pada hari Senin 25 Rojab 261 H dalam usia 55 tahun. Selain guru yang telah disebutkan diatas, Muslim masih mempunyai ulama yang menjadi gurunya diantaranya: Usman dan Abu Bakar keduanya putra Abu Syaibah, Syaiban bin Farwakh bin Habr, Amr an-Naqid, Muhammad bin Yassar, Harun bin Sa'id al-Ayli, Qurtaibah bin Sa'id.

Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit diantaranya:
Al Jami' ash-Shohih (shohih muslim)
Al Musnadul Kabir (kitab yang menerangkan nama nama para perawi)
Kitabul Asma' wal Kuna
Kitab Al 'Ilal
Kitabul Aqron
Kitabu Su'alatihi Ahmad bin Hambal
Kitabul Intifa' bin Uhubis Siba'
Kitabul Muhadromin
Kitabu Man larsa lahu ila Rawin Wahid
Kitab Auladis Sahabah
Kitab Awhamil Muhadditsin
Kitab Shohih Muslim

Diantara kitab kitab diatas yang paling agung dan sangat bermanfaat luas, serta masih beredar hingga kini adalah al-Jami' ash-Shohih, terkenal dengan Shohih Muslim. Imam Muslim telah menggerakkan seluruh kemampuannya untuk meneliti dan hati hati dalam menggunakan lafadz lafadz dan selalu memberikan isyarat akan adanya perbedaan antara lafadz lafadz itu. Bukti kongkrit mengenai keagungan kitab itu ialah suatu kenyataan, dimana Muslim menyaring isi kitabnya dari ribuan riwayat yang pernah di dengarnya.

Ketelitian dan kehati hatian Muslim terhadap Hadits yang di riwayatkan dalam Shohihnya dapat dilihat dari perkataannya sebagai berikut: "Tidaklah aku mencantumkan sesuatu Hadits dalam kitab aku ini melainkan dengan alasan, juga tiada aku menggugurkan sesuatu Hadits dari padanya melainkan dengan alasan pula". Imam Muslim di dalam penulisannya tidak membuat judul setiap bab secara terperinci. Adapun judul judul kitab dan bab yang kita dapati pada sebagian naskahnya Shohih Muslim yang sudah dicetak sebenarnya dibuat oleh para pengulas yang datang kemudian. Diantara pengulas yang paling baik membuat judul judul bab dan sistematika babnya adalah Imam Nawawi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar